Mungkin banyak yang tidak mengetahui objek wisata ini,karena Untuk menjangkaunya, dibutuhkan penyusuran dengan jarak tempuh sekitar 10 km dari Jembatan Brantas Ploso.Di Kabupaten Jombang, Jawa Timur tersembunyi destinasi wisata ngarai alam yang tak kalah indahnya dengan Grand Canyon. Namanya adalah Kedung Cinet,
yang berlokasi di Desa Klitih, Kecamatan Plandaan.
Sepanjang jalan penyusuran, mata akan dimanjakan oleh pemandangan cantik hutan jati, serta sawah dan kebun penduduk yang tertata rapi di balik latar belakang pegunungan. Sayangnya, jalanan menuju ke Kecamatan Plandaan ‘dihiasi’ oleh banyaknya titik aspal yang terkelupas.
Sebelum tiba di Kedung Cinet, Anda diwajibkan uji nyali sejenak dengan menyeberangi sebuah jembatan bercat kuning yang dikenal dengan nama Jembatan Goyang. Mengapa? Karena jembatan itu akan bergoyang-goyang cukup kencang saat ditapaki dan diembus angin.
Perjalanan menyusuri medan yang cukup menantang akan terbayar seketika saat tiba di Kedung Cinet. Anda akan disambut oleh pemandangan jalur aliran sungai tenang berwarna kehijauan yang dikelilingi tebing-tebing yang meliuk karena proses alami.
Saat memandangnya, Anda akan diingatkan oleh gambaran Grand Canyon dalam skala yang lebih kecil. Tentunya, berfoto ria adalah kegiatan wajib untuk mengabadikan keindahan alam di Kedung Cinet.
Namun, berhati-hatilah jika hendak bermain air. Meskipun tampak jernih, jangan tergoda untuk sembarangan menceburkan diri atau berenang ke dalamnya. Selain itu, berhati-hatilah saat menapaki bebatuan di sekitar sungai.
Meskipun Kedung Cinet sudah mulai populer di kalangan pecinta pelesir belakangan ini, belum ada upaya serius dari Pemkab Jombang untuk mengelolanya sebagai obyek wisata berkelas nasional; bahkan internasional.
Promosi tentang ngarai nan memukau itu terbilang cukup jarang. Belum lagi, sarana dan prasarana pendukung wisata di sana masih kurang. Mulai dari penunjuk arah, lahan parkir, hingga infrastruktur jalan.
Namun, di sisi lain, karena belum terlalu banyak diekspose, keindahan alami Kedung Cinet masih sangat terawat dan bebas dari sampah pelancong. Para pengunjung turut bertanggung jawab menjaga kealamiannya dengan tidak iseng mencorat-coret tebingnya.
SUASANA JAWA
Sudah jauh-jauh ke Jombang, tidak ada ruginya sekalian berkunjung ke obyek wisata selain Kedung Cinet. Di Kecamatan Wonosalam, terdapat juga destinasi wisata modern yang sedang naik daun. Namanya adalah Kampoeng Djawi.
Sesuai namanya, destinasi wisata peristirahatan ini sangat kental akan nuansa adat Jawa. Mulai dari arsitektur, tata taman, dekorasi, hingga desain interiornya; semua terinspirasi dari suasana perkampungan Jawa kuno.
Tempat ini ideal sebagai tujuan liburan keluarga. Sebab, selain menikmati suasana perkampungan khas Jawa, Anda bisa seru-seruan dengan berbagai fasilitas outbound, kafe yang menjual beragam jenis kopi Nusantara, danau buatan, dan kolam renang kaca yang langsung menjorok ke lembah berlatar belakang pemandangan gunung.
Selain itu, jika datang ke Wonosalam pada kisaran September—November, Anda dapat menikmati durian khas setempat. Memang, sejak dulu kecamatan tersebut termasyur sebagai salah satu penghasil durian lokal dengan cita rasa legit dan sedikit pahit yang sangat khas.
Dari daerah Jombang, perjalanan bisa diteruskan ke Mojokerto. Kota yang dulunya menjadi Ibukota Kerajaan Majapahit itu terkenal dengan berbagai destinasi wisata peninggalan sejarah; khususnya berbagai candi dan reruntuhan arkeologi dari zaman kerajaan Hindu.
Namun, tidak hanya peninggalan kebudayaan Hindu saja yang menjadi magnet pariwisata di Mojokerto. Di Kecamatan Trowulan, terdapat juga situs sejarah Maha Vihara Mojopahit Trowulan, yang terletak di Desa Bejijong.
Wihara itu terkenal dengan patung Budha Tidur (The Sleeping Buddha) raksasa berwarna emas sepanjang 22 meter, dengan tinggi 4,5 meter, dan lebar 6 meter. Patung tersebut adalah yang terbesar ketiga di dunia setelah Sleeping Buddha yang ada di Thailand dan Myanmar.
Tepat di bawah pelataran patung Budha raksasa itu terdapat kolam ikan yang mengelilinginya. Sehingga, pengunjung hanya bisa mengambil foto atau selfie dari jarak yang tidak terlalu berdekatan dengan lokasi patung.
Selain berfoto ria dengan patung emas raksasa itu, Anda juga disuguhi dengan penampakan patung-patung Buddha dalam berbagai pose. Selain itu, Anda dapat belajar sejarah dengan mencermati relief di tembok belakang wihara yang menceritakan kisah hidup Budha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar